Tiga hingga dua orang dari 10 arsitek perempuan Indonesia tervaik dan inspiratif adalah para penulis antaralain Imelda Akmal dan Avianti Armand. dan Lala Bohang.
Lala Bohang, misalnya lebih dikenal sebagai artis dan penulis, meskipun sejatinya ia seorang arsitek lulusan Universitas Parahyangan. Buku buku yang ditulis Lala antaralain
Perjalanan Menuju Pulang, (Gramedia Pustaka Utama), 2021 Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari (Gramedia Pustaka Utama), 2019 The Book of Invisible Questions (Fiction, Gramedia Pustaka Utama), 2017 | |
The Book of Forbidden Feelings (Fiction, Gramedia Pustaka Utama) Lula Lyfe Art Colouring Book to Save You from Literally Doing Nothing (Coloring Book, Gramedia Pustaka Utama), 2016 | |
Perkara Mengirim Senja Short story compilation from various writers dedicated to Seno Gumira Ajidarma (Fiction, Serambi), 2009 |

Dikutip dari Gramedia menarik untuk membaca dan memiliki buku ini, dilukiskan dalam buku baru Lala berjudul Perjalanan Pulang seperti ini: “Perjalanan Menuju Pulang – Kisah Perempuan di Antara Ruang & Waktu menghimpun banyak cerita, surat, ilustrasi, serta pertanyaan yang dieksplorasi bersama oleh Lala Bohang, penulis dan seniman visual Indonesia, dan Lara Nuberg, sejarawan dan penulis Indo Belanda, dalam suatu program yang mempertemukan dan membawa mereka dalam penjelajahan batin yang bermakna. Apakah kisah kehidupan mereka terkait dengan keberadaan Belanda selama 350 tahun di kepulauan Indonesia? Ataukah sejarah kolonial tersebut nyaris tak meninggalkan jejak dalam kehidupan kedua perempuan muda ini? Pada saat dunia sudah meninggalkan kolonialisme dan pascakolonialisme, kita memasuki tahap baru dalam sejarah. Di masa depan, imperialisme Eropa akan tampak demikian jauh, seperti kekaisaran Romawi bagi kita sekarang. Pada tahun-tahun mendatang, anak-anak yang dilahirkan pada abad setelah Perang Dunia Kedua akan memandang sejarah dengan lebih luas dan lebih terang. Lala, Lara, beserta buku mereka ini merupakan bukti nyata. Ayu Utami, penulis Dalam masa polarisasi yang melanda seluruh dunia, penting bagi warga negara-negara merdeka yang terbelit dan terjalin oleh kolonisasi berpuluh tahun lalu untuk menjaga jalur dialog terbuka. Dekolonisasi merupakan proses yang jauh lebih panjang ketimbang momen proklamasi kemerdekaan dan perjuangan akan pengakuan yang mengikutinya. Apakah Peranakan yang hidup di negara mantan penjajah menghadapi persoalan yang berbeda perihal akar campuran dan masa lalu mereka dibandingkan dengan Peranakan yang hidup di negara bekas jajahan yang sudah merdeka? Sungguh menarik mengetahui bagaimana dua penulis dari generasi ketiga, Lara (lahir di Belanda) dan Lala (lahir di Indonesia), berdialog tentang ikatan mereka masing-masing dengan masa lalu leluhurnya. Marion Bloem, penulis”
Kemudian Avianti Armand adalah seorang arsitek perempuan Indonesia yang juga seorang penulis, kurator, dan penyair. Terbilang unik sebab jarang seorang arsitek yang gemar menulis. Perempuan kelahiran Jakarta, 12 Juli 1969 ini berprofesi menjadi seorang arsitek sejak tahun 1992. Avianti pernah mendapat penghargaan dari Ikatan Arsitektur Award 2008 untuk karyanya yang disebut Rumah Kampung. Rumah Kampung ini merupakan hasil desainnya bersama dengan suaminya sendiri, Terry Armand. Walaupun ia bertahun-tahunbekerja sebagai arsitek, masyarakat lebih mengenalnya sebagai penulis fiksi dan puisi. Hal ini yang membuatnya unik dan berbeda dengan arsitek-arsitek perempuan lainnya di Indonesia. Beberapa bukunya pun telah terbit dan memiliki banyak peminat bahkan mendapatkan penghargaan. Salah satunya yaitu buku yang berjudul Perempuan yang Dihapus Namanya sebuah buku kategori puisi yang menerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa. Ia juga membuktikan bahwa profesi arsitek dan menulis sastra dapat dgabungkan dalam satu karya. Sebut saja, bukunya Arsitektur Yang Lain yang ia tulis berisi tentang kumpulan esai mengenai arsitektur yang dikemas dengan gaya bertutunya berupa kata-kata yang lebih puitis.

Akanhalnya Imelda Akmal yang merupakan seorang arsitek sekaligus aktif sebagai penulis bidang arsitektur. Ia pun bisa membuktikan bahwa kolaborasi bisnis publikasi arsitektur dengan dunia arsitektur juga bisa dilakukan dengan hasil yang sukses dan baik.
Imelda Akmal merupaka lulusan S1 di Universitas Trisakti jurusan arsitektur. Kemudian ia melanjutkan studi pada bidang interior di Melbourne Intitute of Technology di Australia. Di sana ia sekaligus mengambil program MBA di Swinburne University.
Pada tahun 2004 ia mendirikan Imelda Akmal Architecture Writer Studio, sebuah firma yang fokus pada penulisan dan media arsitektur dengan tujuan memperkenalkan arsitek dan karyanya kepada masyarakat lokal maupun internasional melalui buku. Studio ini telah menghasilkan berbagai karya-karya yang bagus dan sangat dikenal pada bidang arsitektur. Sebut saja salah satunya yaitu Archinesia Bookgazine yaitu sebuah majalah arsitektur bergengsi di Indonesia yang berisi arsitek-arsitek Indonesia dengan karya mereka. (dikutip dari berbagai sumber: seperti studiosuryani dan wikipedia)