Bahas Buku dari Cikande ke Lantan

Tiga Sekawan Footprint membahas tiga buku baru yang diterbitkan Smashwords, melalui virtual, di Jakarta, Minggu, 29 November 2020. Buku-buku berjudul “Potret kegigihan Pekerja Sosial” karya Sunarti, “Menyapa Dunia Virtual Kisah Nyata Dari Lantan” karya Endang Supiyatun dan Catatan Harian PSM Cikande-Serang-Banten” karya Dedi Jumardi. Ketiga buku berisi cerita kegigihan para penulis dalam menghadapi tantangan dalam pekerjaannya, terutama di masa pandemi COVID-19 (Sunarti dan Endang). Sementara Dedi sendiri berkisah mengenai perjuangannya dalam mengatasi tantangan dalam pekerjaannya sebagai pegiat sosial ditahun 2017. Meski ditulis secara singkat, tulisan-tulisan tersebut sangat inspiratif karena mengisahkan keuletan para penulisnya dalam mengatasi kesulitan. Cerita mereka relevan dengan keadaan masyarakat Indonesia pada umumnya dimasa pandemi, karena situasi yang tidak menentu ini rentan menciptakan keputusasaan. “Kisah ketiga penulis ini bisa menjadi cahaya ditengah kesusahan yang kita hadapi bersama ini,” kata Ketut Suasti. Para penulis yang merupakan pegiat sosial dari PSM (Pekerja Sosial Masyarakat) dan FPPI (Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia), awalnya mengikuti kelas menulis gratis yang diselenggarakan oleh Tiga Sekawan. Setelah diberikan kesempatan praktek, tulisan mereka diterbitkan melalui Smashword kemudian akan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan dipasarkan secara internasional melalui Amazon.com. Dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan, para penulis mampu mencurahkan gagasan-gagasannya dalam bentuk tulisan. Merskipun berlatar belakang aktivitis organisasi dengan kefasihan berbicara lisan yang sudah terbukti, namun mereka sempat gugup juga saat mengawali kegiatan menulis. Tetapi dengan kegigihan, akhirnya mereka bisa membuahkan karya. Albiner Silaen (Mantan Kepala Perpustakaan Nasional Provinsi Bali) yang turut hadir menanggapi positif terbitnya ketiga buku ini. Menurut Albiner, ketiga buku ini menambah kekayaan kepustakaan di Indonesia dan bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk membangkitkan semangat dalam berliterasi. Apalagi jika kiat-kiat menulis dapat dibagikan kepada pedesaan pada acara hari ulang tahun perpustakaan atau hari buku, maka hal-hal sejenis ini dapat membangkitkan minat baca ditengah masyarakat. Dalam kesempatan ini, hadir pula Linda Poernomo, mantan presenter TVRI yang kini menjadi Direktur Pasca Sarjana Universitas Sahid. Linda juga merupakan Ketua FPPI. Linda yang telah menerbitkan bukunya sendiri berjudul, “Do Not Give Up Before Trying” (Jangan Menyerah Sebelum Mencoba), menyebutkan bahwa menulis sebenarnya bisa dilakukan oleh semua orang, tetapi tantangannya ada pada kemalasan. Tetapi dengan kiat sederhana, dimulai dari 2 kalimat setiap hari, maka dalam satu minggu pun bisa jadi buku. Seperti yang sudah dipraktekan para penulis dalam Kelas Menulis yang diselenggarakan Tiga Sekawan Footprint ini. Linda Poernomo juga menyinggung bahwa pandemi akhirnya merubah cara berpkir (mindset) dan gaya hidup masyarakat dunia. Dimasa pandemi, masyarakat memiliki lebih banyak waktu luang. Ketersediaan waktu ini bisa dimanfaatkan dengan menulis. Menurutnya, menulis banyak memberikan manfaat, antara lain : menjadi motivator bagi orang lain dan juga menciptakan karya yang bisa dijadikan kenangan bagi anak-cucu. Harapannya, budaya literasi bangsa Indonesia yang secara internasional dinilai peringkatnya masih dibawah , semoga bisa terangkat dengan digiatkannya acara-acara kelas menulis. (Ketut Suasti)

Seorang pekerja sosial dari wilayah kerja Bogor, Sunarti, menorehkan penanya dalam 10 paragraf dengan total 1988 kata pada buku pertamanya.Ia mengisahkan suka duka perjuangannya sebagai pekerja sosial. Panggilan hati dan jiwanya. Dukungan keluarga ikut membentuk panggilan jiwanya sebagai pekerja sosial masyarakat. Kerja sukarela yang sangat dibutuhkan.

Sunarti, polos dan naive, berkemauan besar untuk terus membangun diri menulis dengan gayanya sendiri. Sederhana. Apa adanya. Sekenanya. Semengalir-mengalirnya. Jadinya juga sebuah buku.

Arahan menulis didapat dari kelas menulis gratis bersama Tiga Sekawan yang sebulan sekali digelar. Tulisan ini bisa dibaca di smaswords.com dan diunduh dengan tidk berbayar hingga sepuluh hari dari sekarang. Ini dia cuplikan tulisan Sunarti.

Dalam masa pandemic Covid 19 di Kota Bogor yang masih dalam zona merah, saya harus melakukan sosialisasi tentang protocol kesehatann terhadap masyarakat. Selain itu, saya membantu memfasilitasi dalam perekonomdan masyarakat yang sekarang ini sangat dibutuhan masyarakat seperti bantuan sembako bagi masyarakat yang belum menerima bansos sembako dari pemerintah. Saya tidak dapat diam melihat masyarakat atau yang bisa kita sebut PPKS (Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) karena mereka tidak hanya membutuhkan pangan saja. Saya berusaha membantu dalam segi pendidikan, kesehatan, serta alat bantu disabilitas. Dengan alat itu mereka bisa melakukan aktivitas sehari-hari untuk mencari nafkah. Disini, saya juga bekerjasama dengan beberapa stakeholder yang bersedia menjadi donator untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. 

         Kenapa saya sangat peduli pada PPKS, ini semua terjadi awali pada waktu saya menjadi seorang kader posyandu dan kader PKK , menurut saya semua pekerjaan mulia ini sangat baik , cuma jangkauan kegiatan di kader ini kurang luas , karena hanya bekerja d satu titik saja , akhir nya begtu banyak PPKS banyak membutuhkan bantuan akses k rumah sakit , ijazah tertinggal d sekolah atau biaya sekolah yang tertunggak , dll maka dengan seiringnya waktu , saya terus berlari untuk mencarikan solusi bagai mana saya bisa membantu kebutuhan mereka