
Buku baru berisi 78 puisi menghias koleksi ‘mio’, istimewanya buku ini ditulis penulis budaya, penggiat film dan jagoanbikin sketsa. Judu buku setebal 207 halaman ini berisi satu cerita pendekdengan judul ‘Pocong Ketakutan’. Katanya cerita pendek ini berkisah tentang ketakuta anak.
Hampir semua puisi juga cerpen dilengkapi gambar sketsa hitam putih. Hitam putih paduan warna yang tegas seperti salah dan benar meski hidup kata orang berwarna ‘abu-abu’. Sebagian percaya, ‘abu-abu’ mendatangkan selamat; bersikap abu-abu, berpikir abu-abu tak peduli jadi debu. Sementara hitam dan putih berisikan ketegasan, prinsip dan percaya diri yang besar. Seperti hidup sesungghnya hitam putih ada awal ada akhir.
sendiri menuju merah
sendiri berjalan hitam
sendiri bukan hijau
sendiri terhenti biru
sendiri biarkan putih
Itu salah satu puisinya. Berjudul ‘sendiri’. Sendiri menuju merah mungkin ketika kita kembali ke haribaan Ilahi. Warna hitam adalah kelamnya kehidupan ? Hijau adalah kematangan seseorang menghadapi kehidupan dan biri adalah lautan cinta kasih sayang dengan putih akhir keabadian yang lengang dan menakjubkan. Mungkin tafsir ini salah Sabab An Nuzul yang tahu hanya pembuatnya dan Tuhan saja tentang makna dan latar belakangnya. Kamus Oxford bilang puisi itu, literary work in which special intensity is given to the expression of feelings and ideas by the use of distinctive style and rhythm. Kurang lebihnya, puisi itu karya sastra yang memiliki intensitas khusus pada ekspresi perasaan dan ide-ide dengan menggunakan gaya dan ritme yang khas.

Rayni NM aktif menulis sejak tahun 1990an, hingga kini. kedisiplinan, kefokusan, kreatifitas dan pantang menyerah, apalagi mudah kalah dengan keadaan.
Rayni N. Massardi adalah insan seni sejati, menulis tidak selalu untuk komersial. Ia lahir di Brussels, Belgia, pada 29 Mei 1957. Lulusan Universitas Paris III, Sorbonne Nouvelle, Departement d’Etude et de Recherches Cinematographiques, Paris, Perancis (1981). Dia adalah istri dari pengarang Noorca M. Massardi.
Karya-karya cerpennya pernah dimuat di pelbagai koran dan majalah.Antara lain terpilih dalam antologi “Laki-Laki yang Kawin dengan Peri”: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 1995, dan “Riwayat Negeri yang Haru”: Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 2006.Kumpulan cerpen tunggal karya ibu dari dua anak (Cassandra Massardi & Nakita Massardi), dan nenek dari tiga cucu lelaki (Bondi, Dylan, dan Arken), ini adalah: “Istri Model Baru”, (1990), “Pembunuh” (2005), “I Don’t Care” (2008), “Awas Kucing Hilang” (2010), dan “Terima Kasih, Anakku” (2012).
Cerpennya “Jatuh Cinta” masuk dalam Antologi Cerpen tentang Denpasar: “Denpasar Kota Persimpangan Sanur Tetap Ramai” (2015). Kumpulan cerpen grafisnya yang pertama adalah “Daun Itu Mati” (2017). Sementara itu, 24 gambar Rayni juga dipilih dan dimuat dalam buku karya Sujiwo Tejo & DR Muhammadd Nursamad Kamba “Tuhan Maha Asyik 2” (2020), dan 19 digital drawing-nya dipilih untuk mengisi ilustrasi buku “Ibunda Tercinta Kado Puisi untuk Ni Putu Suastini” (2021).
Rayni juga menulis karya nonfiksi, antara lain: Tim Penulis “Inspirasi Mode Indonesia” (2003), “1655: Tak Ada “Rahasia” dalam Hidup Saya!” (2005), “Hidup Enggak Enak Itu Enak!” (2007), dan “Ngoprek Santai Syair Lagu: Dari Taman Langit sampai TakAda yang Abadi”(2010). Novelnya yang sudah terbit adalah “Langit Terbuka” (2015), serta “Rainbow Cake” (ditulis bersama Christyan AS – 2019). “Wajahmu Cerminmu” yang segera terbit ini adalah kumpulan sketsa dan aksaranya yang pertama (2022).
