Pada Jum’at 25 Maret 2022 diskusi buku baru berjudul, Unit Gawat Darurat di Tengah Pandemi dipandu oleh peneliti muda dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Otto T Setiawan dan Gita Fitri Cahyani dari FKM-UI secara onlne. Buku ini ditulis oleh tenaga kesehatan dokter Emiriati MARS, setebal 135 halaman, merupakan pengembangan dari tesis yang pernah ditulisnya ketika menjadi mahasiswa program Magister di Faultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. . Buku ini dibahas bersama wakil rakyat dari Dewan Perwakilan Daerah RI (DPD RI) Prof.DR. Sylviana Murni, yang juga merupakan Ketua Komite III di DPD RI. Ikut membahas dokter muda yang kerap ditugaskan pada UGD , dokter Kensana Anjani, juga kader kesehatan yang tergabung di Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat, Dedi Jumadi dari wilayah kerja di Banten dan Soekarsih, kader dari Jakarta Selatan.
Secara garis besar diskusi ini menyimpulkan peran penting dari Intensive Care Unit (ICU) dan Unit Gawat Darurat (UGD) sebagai lini terdepan sebuah rumah sakit. Di Singapura, Vietnam,
Thailand juga Malaysia UGD nyaris penuh.Hingga warga usia muda disarankan isolasi
mandiri (isoman) dengan pemantauan dari petugas UGD dan atau pusat Kesehatan
terdekat secara online.
Hal serupa ini dilakukan di Indonesia. Orang-orang terdampak ringan, masih muda
usia, bisa isoman. Petugas Nakes Puskesmas melakukan pemantauan keadaan terpapar, Hal
ini untuk mengantisipasi agar UGD dan rumah sakit rujukan tetap dapat menyegerakan
kesembuhan warga negara dan atau rakyat yang terpapar tidak ringan.
Di Malaysia yang keadaannya serupa.Covid 19 menyebabkan UGD laris manis. Siaga
menerima dan merawat rakyat yang terpapar.Demikianpun di Pilipina. Kondisi ini tak beda
dengan Indonesia.Keadaan ini tentu saja merupakan tantangan bagi UGD yang sekarang ada.
Keadaan ini mau tidak mau menyebabkan UGD meningkatkan kuantitas kemampuannya
disamping kualitas.
Apabila sekilas mengamati berbagai pemberitaan tentu saja banyak kemajuan dalam
layanan ICU dan UGD dari rumah sakit yang ada di Jakarta dan Indonesia pada umumnya. Secara
kasat mata orang yang sembuh lebih banyak dari orang yang meninggal. Itu pertanda layanan
rumah sakit dengan UGD khususnya memberikan sumbangsih yang tidak sedikit.
Tentu saja keadaan kemampuan kualitas layanan UGD yang seperti ini ke depan patut
dipertahankan. Meredanya pandemi bukan berarti surutnya layanan dari sisi kualitas.
Setidaknya pandemi telah memberikan pengalaman kepada semua tenaga kesehatan
dan warga masyarakat tentang pentingnya mengikuti perkembangan kesehatan. Juga
perkembangan kebutuhan layanan Kesehatan.
Hingga pada akhirnya menjaga kesehatan sehingga sistem kekebalan tubuh terjaga, kuat
dan tidak mudah dijegal oleh virus.
Bahwa pandemi juga menunjukkan secara nyata betapa besarnya perhatian negara kepada
khalayak, kepada warga masyarakatnya.
Hal ini sangat relevan dengan ketentuan di dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945) khususnya pada Pasal 34 ayat 3 yang bunyinya, bahwa “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.”.
Hal ini juga relevan dengan isi Pasal 28H ayat 1 yang menyatakan bahwa “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan Kesehatan”.
Negara melalui berbagai kebijakannya telah membuktikan dan menjalankan ketentuan
UUD 1945 dengan seoptimal mungkin.
Perlindungan melalui kerja nyata ketersediaan layanan UGD standar rumah sakit, UGD standar
lapangan yang maksimal, pengobatan dan rawat yang gratis hingga sembuh, yang juga didukung
dengan adanya bantuan sosial para warga yang terdampak hingga vaksin yang gratis. we love
Indonesia.
Selengkapnya dapat disimak cuplikan jalannya Diskusi Online ini yang diliput oleh Televisi Dijital Pertama di Indonesia, Nusantaratv.